Laman

Senin, 23 Mei 2011

Pondok Nasi Bumbung Ciangsana

Ada Kelezatan Unik Nasi nan Ajaib di dalam Bambu

Orang Indonesia pada umumnya memang pengkonsumsi beras terbesar di Asia. Bangsa kita memakan beras dalam beragam olahan, namun yang paling umum beras dimasak menjadi nasi. Bentuk makanan pokok lainnya seperti lontong, ketupat, arem-arem, bacang atau bahkan bubur merupakan alternatif olahan mengkonsumsi beras yang memang lebih nikmat dibandingkan memakan nasi ala kadarnya.

Karena alasan yang sama, beberapa daerah mengolah panganan nasi dengan beragam cara dan beragam media pemasak. Mulai dari panci logam biasa yang umum dipakai hampir semua daerah untuk menanak nasi hingga ketel besi seperti daerah Jawa Barat yang lebih dikenal dengan istilah nasi kastrol (unik kan seperti merek oli perusahaan minyak Amerika yah?).


Tentunya siapa sih yang gak bisa masak nasi, beragam cara yang bisa kita lakukan untuk masak nasi secara tradisional maupun modern. Seperti contohnya kita biasa memasak nasi dengan meggunakan alat tradisional panci yang biasa para ibu rumah tangga gunakan atau langsung dengan magic jar, si penanak nasi listrik otomatis.

Caranyapun bisa dengan ditanak, dikukus, direbus. Dan rasanyapun bisa kita variasikan sendiri. Seperti yang kita kenal dari Sunda yang terkenal dengan nasi liwet atau biasa kita kenal nasi kasrol. Sekilas mirip seperti oli, tapi inilah bahasa kerennya panci atau ketel yang biasa orang Sunda gunakan untuk memasak nasi liwet. Lain lagi dengan masyarakat Bali dan Sumatra yang biasa menyebut makanan pokok yang kaya akan karbohidrat ini dengan sebutan nasi belanga. Beda lagi dengan orang Jogdja, yang bisa memasak nasi dengan tungku atau kendil makanya masyarakat Kota Gudeg ini menyebutnya nasi kendil.

Nah ketika saya meeting di Bogor, tanpa sengaja saya mampir ke rumah makan tradidonal milik pak Iskandar, ketika saya buka menu saya terkesima dengan menu nasi Bumbung, kebetulan harganya juga terjangkau. Tidak lama kemudian hidangan yang saya pesan datang. Sekilas tampilany unik dan rasanyapun tidak seprti nasi pada umumnya.

Dari bilah bambu sepanjang 14 centimeter menyembul ujung janur. Tarik perlahan ujung janur sambil jari mendorong dari bawah bambu. Sedikit demi sedikit kepulan nasi hangat yang meriah dengan isi muncul dan kian menggoda selera. Itulah nasi bumbung atau disingkat Nabung.

Setidaknya ada tujuh menu nasi bumbung antara lain Nabung bebek, Nabung ayam kampung, Nabung ayam negeri, Nabung udang, Nabung cumi-cumi, Nabung empal, dan Nabung telur.

Selain dimasak di dalam bambu. Racikan nasi bumbung juga berbeda. Nasi putih dicampur potongan sosis, wortel, telur, daun bawang serta bumbu-bumbu.

 Keunikannya tentu saja terletak pada penyajian yang menggunakan bambu. Di daerah lain memang ada nasi bumbung yang memakai bambu hitam. Tapi karena langka yang warna hitam di Pondok Nasi Bumbung memakai bambu warna coklat.

Selain dimasak di dalam bambu. Racikan nasi bumbung juga berbeda. Nasi putih dicampur potongan sosis, wortel, telur, daun bawang serta bumbu-bumbu. Lalu siapkan bilah bambu dan masukan janur untuk alas nasi. Masukkan nasi yang sudah dicampur ke dalam bilah bambu tersebut sampai padat, selanjutnya kukus selama 30 menit.

"Kita kukus lagi agar bumbu dan rasanya lebih meresap," jelas Saryono. Setelah itu disajikan di atas nampan bambu ditemani lauk pauknya.

Setidaknya ada tujuh menu Nabung antara lain Nabung bebek, Nabung ayam kampung, Nabung ayam negeri, Nabung udang, Nabung cumi-cumi, Nabung empal, dan Nabung telur. Satu porsinya ada di kisaran antara Rp 10 ribu untuk nabung telur dan  Rp 24 untuk menu nabung udang.

Kalau ingin menu Nabung yang hemat, ada nabung ayam negeri yang per porsinya hanya Rp 12 ribu. Pengunjung juga bisa membawa bilah bambunya pulang tapi dikenakan biaya hanya Rp 1.000.

Selain menu Nabung, andalan tempat ini juga Nasi Bakar. Nasi ini tidak disajikan dengan bambu. Tapi dalam proses pembuatannya, agak mirip dengan nasi uduk. "Saat memasak menggunakan santan dan bumbu-bumbu," ujar Iskandar, pemilik Pondok Nasi Bumbung Ciangsana.

Menu lauknya pun tidak jauh beda dengan nasi bumbung. Ada nasi bakar bebek, nasi bakar ayam kampung, nasi bakar cumi dan lain-lain. Harganya pun hampir sama dengan menu Nabung.

Inilah tempat makanan tradisional yang paling nikmat untuk keluarga. Apalagi dengan suasana tempat yang mengingatkan kita dengan suasana desa. Tapi mungkin lebih pas lagi kalau Anda langsung saja datang ke tempat ini di bilangan jalan raya Ciangsana, Gunung Putri, Bogor, tak jauh dariSamping Gerbang Villa Nusa Indah 5.

Ok sahabat, sampai jumpang di petualangan kuliner lainnya... dadaaaaaaaaaaaaaaaa!

Sidik Rizal- bukankelanakuliner.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar